Ketika Papua
Barat masih menjadi daerah sengketa akibat perebutan wilayah antara Indonesia
dan Belanda, tuntutan rakyat Papua Barat untuk merdeka sebagai negara merdeka
sudah ada jauh sebelum kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Memasuki
tahun 1960-an para politisi dan negarawan Papua Barat yang terdidik lewat sekolah
Polisi dan sebuah sekolah Pamongpraja (Bestuurschool) di Jayapura (Hollandia), dengan
mendidik 400 orang antara tahun 1944-1949 mempersiapkan kemerdekaan Papua
Barat.
Selanjutnya
atas desak-kan para
politisi dan negarawan Papua Barat yang terdidik, maka pemerintah Belanda
membentuk Nieuw Guinea Raad (Dewan Nieuw Guinea). Beberapa tokoh-tokoh
terdidik yang masuk dalam Dewan ini adalah M.W. Kaisiepo dan Mofu
(Kepulauan Chouten/Teluk Cenderawasih), Nicolaus Youwe (Hollandia), P.
Torey (Ransiki/Manokwari), A.K. Gebze (Merauke), M.B. Ramandey
(Waropen), A.S. Onim (Teminabuan), N. Tanggahma (Fakfak), F.
Poana (Mimika), Abdullah Arfan (Raja Ampat). Kemudian wakil-wakil
dari keturunan Indo-Belanda adalah O de Rijke (mewakili Hollandia) dan H.F.W.
Gosewisch (mewakili Manokwari).
Setelah
melakukan berbagai persiapan disertai dengan perubahan politik yang cepat
akibat ketegangan Indonesia dan Belanda, maka dibentuk Komite Nasional yang
beranggotakan 21 orang untuk membantu Dewan
Nieuw Guinea dalam mempersiapkan kemerdekaan Papua Barat. Komite ini
akhirnya dilengkapi dengan 70 orang Papua yang berpendidikan dan berhasil
melahirkan Manifesto Politik yang isinya:
- Menetukan Nama Negara : Papua Barat
- Menentukan Lagu Kebangsaan : Hai Tanahku Papua
- Menentukan Bendera Negara : Bintang Kejora
- Lambang Negara Papua Barat : Burung Mambruk dengan semboyan “One People One Soul”.
Rencana pengibaran bendera Bintang Kejora tanggal 1 November 1961 tidak jadi
dilaksanakan karena belum mendapat persetujuan dari Pemerintah Belanda. Tetapi
setelah persetujuan dari Komite Nasional, maka Bendera Bintang Kejora
dikibarkan pada 1 Desember 1961 di Hollandia, sekaligus “Deklarasi
Kemerdekaan Papua Barat”. Bendera Bintang Kejora dikibarkan di samping
bendera Belanda, dan lagu kebangsaan “Hai Tanahku Papua” dinyanyikan
setelah lagu kebangsaan Belanda “Wilhelmus”. Deklarasi kemerdekaan Papua
Barat ini disiarkan oleh Radio Belanda dan Australia. Momen inilah yang menjadi
Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat secara
de facto dan de
jure sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.
Natho - Salam _ (muye_voice@fwp)
Karangan cerita yang bagus, hahaha,.. Dgn meyode cocoklogi,. Kasihan
BalasHapus